Sistem demineralisasi memiliki peran krusial dalam berbagai industri, terutama dalam pengolahan air untuk kebutuhan boiler, cooling system, dan proses produksi lainnya. Namun, salah satu tantangan terbesar dalam sistem ini adalah korosi.
Korosi tidak hanya menyebabkan degradasi peralatan, tetapi juga meningkatkan biaya perawatan, menurunkan efisiensi sistem, dan bahkan menyebabkan kegagalan operasional yang berisiko tinggi.
Korosi dalam sistem demineralisasi sering kali terjadi karena beberapa faktor utama, seperti ketidakseimbangan pH, keberadaan oksigen terlarut, serta kontaminasi ion logam. Jika tidak ditangani dengan benar, korosi dapat menyebabkan kebocoran, penyumbatan, dan penurunan performa unit demineralisasi secara keseluruhan. Hal ini tentu berdampak negatif terhadap keberlanjutan operasi dan biaya produksi.
Lalu, bagaimana cara mencegah korosi dalam sistem demineralisasi? Sebelum membahas solusinya, mari kita pahami lebih dalam penyebab utama korosi dan dampaknya terhadap sistem.
Penyebab Korosi dalam Sistem Demineralisasi
Korosi terjadi akibat reaksi kimia antara logam dan lingkungan sekitarnya. Dalam sistem demineralisasi, beberapa faktor yang memicu korosi meliputi:
1. pH yang Tidak Terkendali
Sistem demineralisasi bertujuan menghilangkan ion-ion yang menyebabkan kekerasan dan kontaminasi dalam air. Namun, jika pH terlalu rendah atau terlalu tinggi, material pipa dan tangki penyimpanan dapat terkorosi lebih cepat. pH yang tidak seimbang juga dapat mengurangi umur resin penukar ion yang digunakan dalam sistem demineralisasi.
2. Oksigen Terlarut yang Berlebih
Oksigen terlarut dalam air merupakan salah satu faktor utama penyebab korosi. Oksigen dapat bereaksi dengan logam dalam sistem dan membentuk karat serta lapisan oksida yang merusak komponen peralatan.
3. Kontaminasi Ion Logam
Ion logam seperti besi dan tembaga yang masuk ke dalam sistem demineralisasi dapat memicu korosi galvanik. Korosi jenis ini terjadi ketika dua logam dengan tingkat elektropotensial berbeda bersentuhan dalam lingkungan yang konduktif, menyebabkan logam dengan potensial lebih rendah mengalami degradasi lebih cepat.
4. Aktivitas Mikroba
Dalam beberapa kasus, pertumbuhan mikroorganisme tertentu dapat mempercepat proses korosi. Bakteri seperti sulfate-reducing bacteria (SRB) menghasilkan asam sulfat yang dapat menyerang struktur logam dan mempercepat degradasi sistem.
Tanpa pengendalian yang tepat, keempat faktor ini dapat menyebabkan kerusakan serius pada sistem demineralisasi. Namun, ada langkah-langkah efektif yang dapat diterapkan untuk mencegah dan mengendalikan korosi.
Baca Juga: Bagaimana Cara Mengatasi Tingginya COD dan BOD dalam Air Limbah?
Cara Mencegah Korosi dalam Sistem Demineralisasi
Untuk mencegah korosi dalam sistem demineralisasi, perlu diterapkan strategi yang komprehensif dan berbasis pada pemeliharaan yang tepat. Berikut adalah beberapa solusi utama yang dapat diterapkan:
1. Kontrol pH yang Tepat
Menjaga pH dalam rentang optimal sangat penting untuk mencegah korosi. Penggunaan bahan kimia pengatur pH seperti Sodium Hydroxide (NaOH) atau Hydrochloric Acid (HCl) dapat membantu menjaga keseimbangan pH dalam sistem demineralisasi. Selain itu, pemantauan pH secara berkala dengan alat pengukur yang akurat sangat disarankan.
2. Penghilangan Oksigen Terlarut
Untuk mengatasi oksigen terlarut yang berlebih, metode seperti deaerasi termal atau penggunaan bahan kimia seperti sodium sulfite (Na₂SO₃) dapat digunakan. Deaerator termal bekerja dengan cara memanaskan air dan menghilangkan oksigen terlarut sebelum masuk ke dalam sistem.
3. Filtrasi dan Penghilangan Ion Logam
Penggunaan sistem filtrasi yang efektif seperti deep filtration dan media filter khusus (DMI-65, activated carbon, pasir silika) dapat membantu menyaring partikel logam yang berpotensi menyebabkan korosi. Selain itu, penggunaan resin penukar ion berkualitas tinggi juga dapat membantu menghilangkan ion logam dari air baku.
Baca Juga: Bagaimana Dampak TSS dan Turbidity Tinggi dalam Air Baku?
4. Penggunaan Inhibitor Korosi
Inhibitor korosi adalah bahan kimia yang dapat membentuk lapisan pelindung pada permukaan logam untuk mencegah reaksi korosif. Beberapa inhibitor yang umum digunakan termasuk fosfat, polifosfat, dan molibdat.
5. Sterilisasi untuk Mencegah Serangan Mikroba
Sterilisasi dengan ultraviolet (UV) atau ozonisasi dapat membantu mengurangi pertumbuhan mikroorganisme dalam sistem demineralisasi, sehingga mengurangi risiko korosi mikrobiologi.
6. Pemeliharaan dan Monitoring Berkala
Inspeksi rutin dan monitoring parameter air secara berkala sangat penting untuk mencegah korosi. Dengan melakukan pemantauan secara real-time menggunakan sensor IoT dan sistem kontrol otomatis, perubahan yang berpotensi menyebabkan korosi dapat dideteksi lebih cepat sehingga tindakan pencegahan dapat segera dilakukan.
Percayakan Perlindungan Sistem Demineralisasi Anda kepada Lautan Air Indonesia
Menjaga sistem demineralisasi tetap optimal dan bebas dari korosi memerlukan pendekatan yang terencana dan dukungan dari ahli berpengalaman. Lautan Air Indonesia hadir sebagai solusi terpercaya dalam pengolahan air industri dengan pengalaman lebih dari 40 tahun dalam memberikan layanan dan produk berkualitas.
Lautan Air Indonesia menyediakan berbagai solusi untuk mencegah korosi dalam sistem demineralisasi, termasuk:
- Penyediaan bahan kimia pengontrol pH dan inhibitor korosi untuk menjaga kestabilan sistem.
- Layanan konsultasi dan pemeliharaan berkala untuk memastikan sistem Anda tetap dalam kondisi optimal.
- Teknologi filtrasi canggih untuk menghilangkan ion logam penyebab korosi.
- Sistem kontrol berbasis IoT untuk pemantauan real-time dan deteksi dini potensi korosi.
Dengan layanan dari Lautan Air Indonesia, Anda dapat memastikan bahwa sistem demineralisasi di industri Anda tetap berjalan dengan efisien, aman, dan berumur panjang.